asas Bimbingan dan konseling
1. asas kerahasiaan
2. asas kesukarelaan
3. asas keterbukaan
4. asas kemandirian
5. asas kedinamisan
6. asas kekinian
7. asas keterpaduan
8. asas keharmonisan
9. asas keahlian
10. asas alih tangan kasus
BK Komprehensif
Layanan dasar
layanan responsif
perencanaan individual
Dukungan sistem
Mengenai Saya
Followers
Diberdayakan oleh Blogger.
Kamis, 31 Januari 2013
{FANCAM} THE FINAL ALIVE WORLD TOUR IN SEOUL
ALIVE TOUR THE FINAL DAY 1 (130125)
ALIVE TOUR THE FINAL DAY 2 {130126}
ALIVE TOUR THE FINAL DAY 3 (130127)
Categories
BIGBANG
Jumat, 11 Januari 2013
Masalah Sosial dikalangan remaja, "BULLYING"
Bullying sudah merasuk kedalam pergaulan di masyarakat dan menjadi "SISTEM" yang tidak benar dengan sendirinya. Tindakan Bullying bisa dilakukan melalui kata- kata maupun melalui kontak fisik dan tentunya hal itu menjerumus ke arah kekerasan. Bullying secara fisik tidak hanya terjadi di kalangan mahasiswa maupun siswa SMA , seperti yang dulu pernah kita dengar tentang berita tindak kekerasan di salah satu institut maupun di salah satu SMA favorit, tetapi hal ini bahkan sudah terjadi di kalangan murid SMP maupun SD jika kita mau telusuri lebih lanjut. Padahal pada kisaran usia mereka, seharusnya mereka belajar dan mendapat nilai moral yang baik dari sekitarnya , bukan menerima tindakan/sikap yang tidak seharusnya dari lingkungan sosial mereka karena hal ini akan berpengaruh kedepannya. Jika saat kecil ia mendapat tindakan bullying dan hal itu tidak segera diatasi, kedepannya anak tersebut berpotensi untuk menjadi pelaku bullying karena adanya niat untuk membalas perilaku yang dulu ia terima atau bisa jadi hal itu menjadi trauma dan tentunya akan berpengaruh terhadap karakternya dan cara ia bersikap terhadap orang disekitarnya. Bullying dapat terjadi di mana saja, sekolah, universitas, rumah, tempat kerja, dsb. Namun pusat perhatian terbesar adalah di lingkungan pendidikan
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan sosialisasi. Di sekolah, setiap murid akan menghadapi teman-teman yang sebaya, lebih muda, dan teman yg lebih tua. Sekolah merupakan tempat terjadinya sosialisasi antarindividu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi, kebanyakan dari mereka belum dapat memahami temannya satu sama lain, sehingga timbullah kesalahpahaman satu sama lain yang lalu diiringi denagn perkelahian, intimidasi, pemalakan, pengucilan, dan lainnya. Hal yang seharusnya tidak terjadi di kalangan pelajar kini menjadi tradisi yang biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut Bullying, yakni kekerasan yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus"
Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun Junior, Bullying juga dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti penjulukan, ejekan berulang, sebutan rasis, ancaman. Sering kita mendengar para pelajar memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka dipanggil dengan julukan yang merujuk ke fisik seperti ukuran badan, warna kulit, suku, nama orangtua,dan yang lainnya. Bahkan seiring berkembangnya teknologi, muncullah istilah CYBER BULLYING : pesan negatif lewat sms, media sosial, voice mail, ancaman telepon. Sedangkan contoh bullying yang tidak langsung : penyebaran fitnah/ rumor, gesture yang meremehkan, tatapan sinis, dan mengatakan petisi kebencian.
Bagaimana ciri-cirinya dari tindakan Bullying?
Beberapa korban bullying memiliki karakter yang berbeda dengan yang lainnya, seperti selalu cemas, tidak percaya diri, dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang kurang. Dan si pelaku bullying biasanya memiliki karakter merasa paling hebat dan overactive. Bagi seseorang yang tak kuat lagi menagalami bullying, mereka akan mengalami gangguan psikologis (stress).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, juga ditemukan perbedaan umur dan gender yang dapat mempengaruhi perilaku bullying. Pada usia 15 tahun, anak laki-laki ditemukan lebih cenderung mem-bully dengan kontak fisik langsung, sementara anak perempuan lebih cenderung mem-bully dengan perilaku tidak langsung. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam kecenderungan melakukan bullying verbal langsung.
Dampak dari Bullying
1. Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2. Terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
3. Timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder)bahkan depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya sendiri
4. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
5. Rusaknya nilai kemasyarakatan yang ada kedepannya
Setelah mengetahui tentang bullying, sudah seharusnya kita hilangkan hal tersebut, jangan mau menjadi korban, terlebih lagi menjadi pelaku, dan juga jangan hanya menjadi penonton ketika ada orang sekitar kita yang menjadi korban bullying. disinilah pentingnya peran guru pembimbing/konselor jika ada siswa-siswinya yang menjadi pelaku bullying atau korban bullying untuk dikonseli dan diberi bimbingan.
Sekolah merupakan tempat menuntut ilmu dan sosialisasi. Di sekolah, setiap murid akan menghadapi teman-teman yang sebaya, lebih muda, dan teman yg lebih tua. Sekolah merupakan tempat terjadinya sosialisasi antarindividu dengan individu lainnya. Akan tetapi, dalam sosialisasi, kebanyakan dari mereka belum dapat memahami temannya satu sama lain, sehingga timbullah kesalahpahaman satu sama lain yang lalu diiringi denagn perkelahian, intimidasi, pemalakan, pengucilan, dan lainnya. Hal yang seharusnya tidak terjadi di kalangan pelajar kini menjadi tradisi yang biasanya dilakukan senior kepada junior. Fenomena ini dapat disebut Bullying, yakni kekerasan yang dilakukan senior kepada junior. Hal seperti ini sering kali dibiarkan, dan ujung-ujungnya "diwariskan" ke tahun-tahun berikutnya, dan menjadi sebuah "siklus"
Bullying tidak hanya terjadi antara senior maupun Junior, Bullying juga dapat terjadi di kalangan mereka yang sebaya seperti penjulukan, ejekan berulang, sebutan rasis, ancaman. Sering kita mendengar para pelajar memanggil teman mereka dengan sebutan yang "akrab" tetapi jarang kita tanya balik apakah dia senang dengan pangiilan itu, hal ini bisa merupakan tindakan Bullying secara verbal/ kata- kata. Sebagian orang tidak suka dipanggil dengan julukan yang merujuk ke fisik seperti ukuran badan, warna kulit, suku, nama orangtua,dan yang lainnya. Bahkan seiring berkembangnya teknologi, muncullah istilah CYBER BULLYING : pesan negatif lewat sms, media sosial, voice mail, ancaman telepon. Sedangkan contoh bullying yang tidak langsung : penyebaran fitnah/ rumor, gesture yang meremehkan, tatapan sinis, dan mengatakan petisi kebencian.
Bagaimana ciri-cirinya dari tindakan Bullying?
Beberapa korban bullying memiliki karakter yang berbeda dengan yang lainnya, seperti selalu cemas, tidak percaya diri, dan memiliki kemampuan bersosialisasi yang kurang. Dan si pelaku bullying biasanya memiliki karakter merasa paling hebat dan overactive. Bagi seseorang yang tak kuat lagi menagalami bullying, mereka akan mengalami gangguan psikologis (stress).
Dari beberapa penelitian sebelumnya, juga ditemukan perbedaan umur dan gender yang dapat mempengaruhi perilaku bullying. Pada usia 15 tahun, anak laki-laki ditemukan lebih cenderung mem-bully dengan kontak fisik langsung, sementara anak perempuan lebih cenderung mem-bully dengan perilaku tidak langsung. Namun tidak ditemukan perbedaan dalam kecenderungan melakukan bullying verbal langsung.
Dampak dari Bullying
1. Salah satu dampak dari bullying yang paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir pecah-pecah, dan sakit dada. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian.
2. Terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah.
3. Timbulnya gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-trauma (post-traumatic stress disorder)bahkan depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri dengan menyilet-nyilet tangannya sendiri
4. Kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
5. Rusaknya nilai kemasyarakatan yang ada kedepannya
Setelah mengetahui tentang bullying, sudah seharusnya kita hilangkan hal tersebut, jangan mau menjadi korban, terlebih lagi menjadi pelaku, dan juga jangan hanya menjadi penonton ketika ada orang sekitar kita yang menjadi korban bullying. disinilah pentingnya peran guru pembimbing/konselor jika ada siswa-siswinya yang menjadi pelaku bullying atau korban bullying untuk dikonseli dan diberi bimbingan.
Categories
BIDANG SOSIAL
Mengembangkan keterampilan sosial kerja sama
Keterampilan sosial dan kemampuan kerjasama menjadi semakin penting dan krusial manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.
Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut.
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.
masih banyak cara-cara lain yang bisa digunakan untuk meningkatkan ketrampilan sosial dan kemampuan bekerjasama remaja. Anda pun bebas memilih cara-cara yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Satu hal yang harus selalu kita ingat adalah bahwa dengan membantu remaja dalam mengembangkan ketrampilan sosial berarti kita telah membantu mereka dalam menemukan dirinya sendiri sehingga mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku.
Categories
BIDANG SOSIAL
Cara penulisan CV atau Curiculum Vitae dalam surat lamaran pekerjaan
Curriculum Vitae (CV) atau Daftar Riwayat Hidup sering juga disebut Resume. Saat Anda melamar pekerjaan sangat identik dengan CV yang efektif. Penulisan CV merupakan cermin diri dari sang pemilik CV. CV yang baik dapat mengantarkan Anda menuju kesuksesan. Hal yang cukup penting untuk diingat yaitu bahwa CV yang baik akan selalu memikat perhatian perusahaan yang dilamar. Dari CV akan tergambar bagaimana sosok pemilik CV tersebut, misalnya memiliki motivasi kerja, kepribadian, keaktifan, pengalaman, keterampilan dan keluasan minat. Berikut beberapa tips agar perusahaan mau melirik CV Anda.
Cara Penulisan.
Cara Penulisan.
Banyak orang yang masih bingung tentang penulisan CV, dengan tulisan tangan atau menggunakan komputer. Belum ada ketentuan pasti tentang cara penulisan tersebut. Namun sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini banyak perusahaan yang menerima CV via email, maka sebaiknya ketiklah CV anda menggunakan komputer. Jika memang perusahaan yang Anda lamar menerima CV via Pos mungkin Anda masih bisa mencoba membuat CV dengan tulisan tangan, karena masih ada beberapa perusahaan yang ingin mengetahui kemampuan menulis Anda melalui CV yang di buat. Ada juga perusahaan yang memberi keharusan CV ditulis tangan atau diketik dengan komputer.
Bahasa Penulisan.
Bahasa Penulisan.
Pastikan bahwa Anda tahu tentang perusahaan yang Anda lamar dan gunakan bahasa inggris untuk penulisan CV bagi perusahaan asing atau perusahaan ternama yang berbasis di kota besar, pastikan CV di tulis dengan benar dengan tata bahasa yang semestinya dan sopan sehingga dapat menimbulkan kesan positif bagi si penerima CV.
Berikan informasi lengkap.
Berikan informasi lengkap.
Berikan informasi detail mengenai diri Anda dan tidak bertele-tele. Cantumkan jika Anda memiliki keterampilan dan minat yang Anda kuasai karena hal tersebut akan menjadi nilai tambah buat Anda. Cantumkan juga pengalaman kerja bagi yang sudah pernah bekerja. Mencakup data tahun bekerja, nama dan lokasi perusahaan, jabatan, dan job description setiap pekerjaan. Susunlah dengan runtut dari tahun pekerjaan yang paling lama sampai dengan pekerjaan yang paling baru. Karena pengalaman kerja merupakan salah satu hal penting yang diperhatikan. Jika Anda memiliki masa kerja yang hanya sebentar dibeberapa perusahaan, siapkan alasan yang baik mengapa Anda berhenti bekerja. Karena perusahaan akan sangat mempertimbangkan jika Anda memiliki ,track record yang singkat di beberapa perusahaan.
Hal yang harus di ingat adalah bahwa CV yang baik akan membuat Anda lebih mudah dalam memperoleh pekerjaan, oleh karena itu buatlah CV yang menggambarkan sosok diri Anda sebagai yang terbaik.
Hal yang harus di ingat adalah bahwa CV yang baik akan membuat Anda lebih mudah dalam memperoleh pekerjaan, oleh karena itu buatlah CV yang menggambarkan sosok diri Anda sebagai yang terbaik.
hal ini perlu diketahui oleh peserta didik yang baru lulus dari jenjang pendidikan SMK/SMA/SLTA sederajat yang ingin segera mencari pekerjaan yang memerlukan CV. dengan mengetahui tips2 diatas, semoga bisa menjadi panduan untuk lulusan SMK/SMA sederajat yang belum mengetahui tentang CV.
Categories
BIDANG KARIR
Istilah istilah Karir menurut beberapa ahli
Job, occupation, empoyment dan career
Employment dan job (Winkel,2005:623) lebih menekankan aspek bahwa seseorang sibuk mengerjakan sesuatu dan mendapat imbalan ekonomis atas usaha dan waktu yang dicurahkannya tanpa memperhatikan apakah orang itu sungguh-sungguh merasa terlibat didalam pekerjaannya yang memandangnya sebagai sumber kepuasan pribadi yang bersifat non-ekonomis.
Healy (1982:8) mengemukakan job adalah merupakan sekumpulan tugas dan atau posisi memiliki kesamaan kewajiban dan tugas pokok dalam suatu organisasi atau unit lembaga.
Occupation (Winkel, 2005:624) lebih menekankan aspek bahwa seseorang merasa terlibat didalam pekerjaannya karena telah mempersiapkan dirinya untuk memegang pekerjaan itu dan memperoleh kepuasan pribadi, tetapi keterlibatannya masih dapat dibatasi pada jam bekerja saja.
A. Muri Yusuf (2002: ) mengemukakan karir bukan pekerjaan dan bukan pula jabatan yang diemban seseorang, namun keberhasilan dalam setiap jabatan pekerjaan, atau okupassi seseorang akan menentukan keberhasilan seseorang dalam karirnya.
Susan Sears (1976) dalam artikelnya A Definition of Career Guidance Terms: Karir adalah serupa pekerjaan yang dikerjakan sepanjang hidup (life long).
McMuray (1983) mengemukakan bahwa konsep karir adalah suatu rentangan aktifitas pekerjaan yang saling berhubungan, dimana seseorang memajukan hidupnya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, aspirasi, sebagai suatu rentangan kehidupan sendiri (The span of one’s life).
Gybers (1983) melihat karir lebih komplek. Menurutnya istilah karir tidak hanya sekedar menggambarkan okupasi, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang yang meliputi (a.) peranan hidup (life role), misalnya selaku pekerja, anggota keluarga dan anggota masyarakat, (b) lingkup kehidupan (life settin), seperti dalam lembaga pekerjaan, (c)peristiwa kehidupan (life events) seperti dalam memasuki pekerjaan, pindah tugas, kehilangan pekerjaan, atau mengundurkan diri dari suatu pekerjaan
Dari pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa karir tidak lagi diartikan sebagai suatu pekerjaan, tetapi karir diraih/diwujudkan dalam bentuk suatu pekerjaan yang memiliki berbagai persyaratan misalnya tingkat pendidikan, tanggung jawab dan syarat lainnya.
Referensi:
konselingindonesia.com
Employment dan job (Winkel,2005:623) lebih menekankan aspek bahwa seseorang sibuk mengerjakan sesuatu dan mendapat imbalan ekonomis atas usaha dan waktu yang dicurahkannya tanpa memperhatikan apakah orang itu sungguh-sungguh merasa terlibat didalam pekerjaannya yang memandangnya sebagai sumber kepuasan pribadi yang bersifat non-ekonomis.
Healy (1982:8) mengemukakan job adalah merupakan sekumpulan tugas dan atau posisi memiliki kesamaan kewajiban dan tugas pokok dalam suatu organisasi atau unit lembaga.
Occupation (Winkel, 2005:624) lebih menekankan aspek bahwa seseorang merasa terlibat didalam pekerjaannya karena telah mempersiapkan dirinya untuk memegang pekerjaan itu dan memperoleh kepuasan pribadi, tetapi keterlibatannya masih dapat dibatasi pada jam bekerja saja.
Career lebih menekan aspek bahwa seseorang memandang pekerjaannya sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan serat mewarnai seluruh gaya hidupnya ( life style), tanpa mengesampingkan kedua aspek lainnya.
A. Muri Yusuf (2002: ) mengemukakan karir bukan pekerjaan dan bukan pula jabatan yang diemban seseorang, namun keberhasilan dalam setiap jabatan pekerjaan, atau okupassi seseorang akan menentukan keberhasilan seseorang dalam karirnya.
Susan Sears (1976) dalam artikelnya A Definition of Career Guidance Terms: Karir adalah serupa pekerjaan yang dikerjakan sepanjang hidup (life long).
McMuray (1983) mengemukakan bahwa konsep karir adalah suatu rentangan aktifitas pekerjaan yang saling berhubungan, dimana seseorang memajukan hidupnya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, aspirasi, sebagai suatu rentangan kehidupan sendiri (The span of one’s life).
Gybers (1983) melihat karir lebih komplek. Menurutnya istilah karir tidak hanya sekedar menggambarkan okupasi, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan seseorang yang meliputi (a.) peranan hidup (life role), misalnya selaku pekerja, anggota keluarga dan anggota masyarakat, (b) lingkup kehidupan (life settin), seperti dalam lembaga pekerjaan, (c)peristiwa kehidupan (life events) seperti dalam memasuki pekerjaan, pindah tugas, kehilangan pekerjaan, atau mengundurkan diri dari suatu pekerjaan
Dari pendapat para ahli di atas dapat dipahami bahwa karir tidak lagi diartikan sebagai suatu pekerjaan, tetapi karir diraih/diwujudkan dalam bentuk suatu pekerjaan yang memiliki berbagai persyaratan misalnya tingkat pendidikan, tanggung jawab dan syarat lainnya.
Referensi:
konselingindonesia.com
Categories
BIDANG KARIR
Kamis, 10 Januari 2013
Karakteristik aktualisasi Diri
Menurut Abraham maslow, bahwa orang yang mencapai aktualisasi diri memiliki karakteristik berikut:
1. persepsi yang efisien tentang realitas; mereka menilai situasi secara akurat dan jujur serta memperhatikan kebohongan dan ketidakjujuran.
2. penerimaan; diri, orang lain, dan lingkungan.mereka menerima kekurangan diri sendiri, juga kelemahan orang lain serta pertentangan hidup.
3. spontanitas; mereka tidak dapat dilarang, tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain, aktif dan terlibat.
4. orientasi tugas; mereka mempunyai misi, tugas, tujuan, atau masalah diluar diri pribadi yang harus diselesaikan.
5. otonomi; mereka realtif bebas dari ikatan budaya, banyak akal, dan tidak tergantung pada orang lain atau pada otoritas luar.
6. selalu menghargai kehidupan; mereka memiliki keluguan visi seorang anak, terus memperbaharui rasa menghargainya terhadap anugerah kehidupan.
7. keterikatan dengan kemanusiaan; mereka mengidentifikasi secara dalam dengan kondisi manusia dan dengan orang lain secara umum.
8. hubungan interpersonal yang dalam; mereka memiliki ikatan-katan yang dalam, mencintai, dengan sedikit orang terpilih.
9. selera humor yang tidak menyimggung; mereka bisa mentertawai diri sendiri dan kejadian-kejadian hidup yang menggelikkan.
10. pengalaman puncak (mistis atau oseanik); terjadi secara berkala.
itu adalah beberapa karakteristi aktualisai diri. anda termasuk dalam karakteristik yang mana?
1. persepsi yang efisien tentang realitas; mereka menilai situasi secara akurat dan jujur serta memperhatikan kebohongan dan ketidakjujuran.
2. penerimaan; diri, orang lain, dan lingkungan.mereka menerima kekurangan diri sendiri, juga kelemahan orang lain serta pertentangan hidup.
3. spontanitas; mereka tidak dapat dilarang, tidak peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain, aktif dan terlibat.
4. orientasi tugas; mereka mempunyai misi, tugas, tujuan, atau masalah diluar diri pribadi yang harus diselesaikan.
5. otonomi; mereka realtif bebas dari ikatan budaya, banyak akal, dan tidak tergantung pada orang lain atau pada otoritas luar.
6. selalu menghargai kehidupan; mereka memiliki keluguan visi seorang anak, terus memperbaharui rasa menghargainya terhadap anugerah kehidupan.
7. keterikatan dengan kemanusiaan; mereka mengidentifikasi secara dalam dengan kondisi manusia dan dengan orang lain secara umum.
8. hubungan interpersonal yang dalam; mereka memiliki ikatan-katan yang dalam, mencintai, dengan sedikit orang terpilih.
9. selera humor yang tidak menyimggung; mereka bisa mentertawai diri sendiri dan kejadian-kejadian hidup yang menggelikkan.
10. pengalaman puncak (mistis atau oseanik); terjadi secara berkala.
itu adalah beberapa karakteristi aktualisai diri. anda termasuk dalam karakteristik yang mana?
Categories
BIDANG PRIBADI
Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Berbicara tentang bagaimana cara meningkatkan percaya diri tentunya sangat berkaitan dengan cara berpikir dan bagaimana mengenali diri kita dengan baik, maka langkah awal yang sudah sepatutnya kita lakukan adalah mengarahkan pikiran kita agar selalu berpikir positif terutama dalam hal penilaian terhadap diri sendiri.
Bagi Orang yang memiliki self esteem dan rasapercaya diri yang baik mereka memiliki kecenderungan untuk selalu melihat hal-hal positif yang melekat pada dirinya sendiri dan tidak menjadikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki sebagai penghalang dalam mencapai sebuah tujuan karena mereka memiliki kepribadian yang tangguh dan mempunyai pandangan yang sangat jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka.
Rasa percaya diri inilah yang dimiliki oleh orang-orang sukses dan menjadi ciri khas mereka. Mereka sungguh-sungguh paham dengan potensi dan kemampuan yang mereka miliki sehingga ketika sedang berhadapan dengan sebuah masalah mereka dapat melaluinya dengan baik meskipun dalam prosesnya mereka menemui berbagai kegagalan dan disaat mengalami kegagalan mereka selalu berhasil membangun rasa percaya diri untuk selalu bangkit . Rasa inilah yang selalu dimiliki oleh orang-orang sukses dan menjadi ciri khas mereka. Mereka sungguh-sungguh paham dengan potensi dan kemampuan yang mereka miliki sehingga ketika sedang berhadapan dengan sebuah masalah mereka dapat melaluinya dengan baik meskipun dalam prosesnya mereka menemui berbagai kegagalan dan disaat mengalami kegagalan mereka selalu berhasil membangun rasa percaya diri untuk selalu bangkit
Berikut merupakan beberapa cara yang dapat membangkitkan rasa percaya diri.
1. Selalu berpikir positif
2. Selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki
3. Jangan menunda untuk mengerjakan sesuatu. Karena dengan segera bertindak, akan bias membantu meningkatkan rasa percaya diri.
4. Kenalilah apa yang membuat kamu merasa tidak nyaman. Dengan begitu bias meminimali.
5. Senyum. Biasakanlah diri untuk tersenyum dan bersikap ramah kepada orang lain. Dengan begitu orang lain akan selalu welcome kepada anda.
Bagi Orang yang memiliki self esteem dan rasapercaya diri yang baik mereka memiliki kecenderungan untuk selalu melihat hal-hal positif yang melekat pada dirinya sendiri dan tidak menjadikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki sebagai penghalang dalam mencapai sebuah tujuan karena mereka memiliki kepribadian yang tangguh dan mempunyai pandangan yang sangat jelas mengenai tujuan hidup dan jati diri mereka.
Rasa percaya diri inilah yang dimiliki oleh orang-orang sukses dan menjadi ciri khas mereka. Mereka sungguh-sungguh paham dengan potensi dan kemampuan yang mereka miliki sehingga ketika sedang berhadapan dengan sebuah masalah mereka dapat melaluinya dengan baik meskipun dalam prosesnya mereka menemui berbagai kegagalan dan disaat mengalami kegagalan mereka selalu berhasil membangun rasa percaya diri untuk selalu bangkit . Rasa inilah yang selalu dimiliki oleh orang-orang sukses dan menjadi ciri khas mereka. Mereka sungguh-sungguh paham dengan potensi dan kemampuan yang mereka miliki sehingga ketika sedang berhadapan dengan sebuah masalah mereka dapat melaluinya dengan baik meskipun dalam prosesnya mereka menemui berbagai kegagalan dan disaat mengalami kegagalan mereka selalu berhasil membangun rasa percaya diri untuk selalu bangkit
Berikut merupakan beberapa cara yang dapat membangkitkan rasa percaya diri.
1. Selalu berpikir positif
2. Selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki
3. Jangan menunda untuk mengerjakan sesuatu. Karena dengan segera bertindak, akan bias membantu meningkatkan rasa percaya diri.
4. Kenalilah apa yang membuat kamu merasa tidak nyaman. Dengan begitu bias meminimali.
5. Senyum. Biasakanlah diri untuk tersenyum dan bersikap ramah kepada orang lain. Dengan begitu orang lain akan selalu welcome kepada anda.
Categories
BIDANG PRIBADI
Upaya mempersiapkan diri menghadapi ujian
Banyak orang gagal mencapai keberhasilan karena mereka tidak memiliki berbagai persiapan dalam menghadapi ujian. Untuk itu ada beberapa tips atau kiat agar Anda berhasil dan sukses menghadapi ujian nanti. Persiapan yang akan dilakukan tidak jauh berbeda dengan persiapan dalam menghadapi ujian.
Kiat sukses menghadapi ujian nasional ini dimulai dari persiapan diri, persiapan teknis, persiapan materi ujian, dan pada saat ujian.
1. Persiapan diri
Persiapan diri adalah persiapan yang dimulai dari dalam diri kita sendiri, yang meliputi persiapan fisik dan persiapan mental. Persiapan fisik berkaitan dengan persiapan jasmani/fisik dan persiapan kesehatan. Anda harus menjaga kesehatan sebelum ujian. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sulitnya seseorang mengikuti ujian bila dalam keadaan sakit. Agar diri Anda tetap sehat secara fisik menjelang pelaksanaan ujian, Anda harus rajin berolahraga. Usahakan istirahat secara teratur dan tidur jangan terlalu malam. Persiapan mental ialah persiapan yang berkaitan dengan sikap mental, psikis, dan emosi. Upayakan agar situasi pribadi terutama sikap emosional tetap stabil. Pertentangan yang dialami dalam diri, situasi kekecewaan (frustrasi, suasana kesedihan dan sebagainya) akan berdampak buruk terhadap hasil belajar Anda. Yang mesti diperhatian adalah Anda harus menjaga suasana hati/emosi. Diharapkan emosi Anda tetap tenang dan stabil menjelang ujian. Sebelum ujian Anda mampu mengatasi hal-hal mungkin akan mengganggu konsentrasi belajar Anda. Agar pikiran Anda tidak terbagi dan tetap terpusat dalam menghadapi ujian, perbanyaklah melakukan ibadah, karena ibadah merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan ketenangan.
2. Persiapan Teknis
Persiapan teknis yaitu persiapan yang berkaitan dengan penyediaan perlengkapan yang akan digunakan dalam ujian nanti, misalnya pena, mistar penghapus, pensil, dan peraut pensil. Perlengkapan itu sebaiknya disiapkan H-1 sebelum ujian. Anda tidak akan lulus jika ternyata pensil 2B yang akan Anda pakai ternyata palsu, karena proses pemeriksaan hasil ujian menggunakan teknologi komputer. Sebelum ujian, yakinkan bahwa pensil 2B yang digunakan adalah benar-benar asli. Selain itu, sebelum ujian berlangsung harus mengecek lokasi ujian dan tempat duduk.
3. Persiapan Materi Uji
Persiapan materi uji merupakan persiapan yang sangat penting karena persiapan materi uji ini akan menentukan kelulusan. Persiapan materi uji hendaknya dilakukan sejak dini (jauh-jauh hari sebelum ujian). Menurut penelitian beberapa ahli, belajar borongan itu tidak baik dan hasilnya hanya membawa kesia-siaan. Jadi, disarankan H-1 sebelum ujian Anda tidak diperkenankan lagi memporsil diri untuk belajar. Istirahat yang cukup.
Perbanyak latihan menjawab soal dengan teman. Caranya: Ajaklah teman Anda untuk membentuk kelompok kecil sebagai kelompok belajar. Pesertanya tidak lebih dari 3 orang. Jika pesertanya terlalu banyak (lebih dari 3 orang), dikhawatirkan proses belajar menjadi tidak fokus pada materi yang akan dipelajari.
Kiat sukses menghadapi ujian nasional ini dimulai dari persiapan diri, persiapan teknis, persiapan materi ujian, dan pada saat ujian.
4. Persiapan Teknis
Persiapan teknis yaitu persiapan yang berkaitan dengan penyediaan perlengkapan yang akan digunakan dalam ujian nanti, misalnya pena, mistar penghapus, pensil, dan peraut pensil. Perlengkapan itu sebaiknya disiapkan H-1 sebelum ujian. Anda tidak akan lulus jika ternyata pensil 2B yang akan Anda pakai ternyata palsu, karena proses pemeriksaan hasil ujian menggunakan teknologi komputer. Sebelum ujian, yakinkan bahwa pensil 2B yang digunakan adalah benar-benar asli. Selain itu, sebelum ujian berlangsung Anda harus mengecek lokasi ujian dan tempat duduk.
5. Persiapan Materi Uji
Persiapan materi uji merupakan persiapan yang sangat penting karena persiapan materi uji ini akan menentukan kelulusan Anda. Persiapan materi uji hendaknya dilakukan sejak dini (jauh-jauh hari sebelum ujian). Menurut penelitian beberapa ahli, belajar borongan itu tidak baik dan hasilnya hanya membawa kesia-siaan. Jadi, disarankan H-1 sebelum ujian Anda tidak diperkenankan lagi memporsil diri untuk belajar.
6. Istirahat yang cukup.
Perbanyak latihan menjawab soal dengan teman. Caranya: Ajaklah teman Anda untuk membentuk kelompok kecil sebagai kelompok belajar. Pesertanya tidak lebih dari 3 orang. Jika pesertanya terlalu banyak (lebih dari 3 orang), dikhawatirkan proses belajar menjadi tidak fokus pada materi yang akan dipelajari.
Kiat sukses menghadapi ujian nasional ini dimulai dari persiapan diri, persiapan teknis, persiapan materi ujian, dan pada saat ujian.
1. Persiapan diri
Persiapan diri adalah persiapan yang dimulai dari dalam diri kita sendiri, yang meliputi persiapan fisik dan persiapan mental. Persiapan fisik berkaitan dengan persiapan jasmani/fisik dan persiapan kesehatan. Anda harus menjaga kesehatan sebelum ujian. Tidak bisa dibayangkan bagaimana sulitnya seseorang mengikuti ujian bila dalam keadaan sakit. Agar diri Anda tetap sehat secara fisik menjelang pelaksanaan ujian, Anda harus rajin berolahraga. Usahakan istirahat secara teratur dan tidur jangan terlalu malam. Persiapan mental ialah persiapan yang berkaitan dengan sikap mental, psikis, dan emosi. Upayakan agar situasi pribadi terutama sikap emosional tetap stabil. Pertentangan yang dialami dalam diri, situasi kekecewaan (frustrasi, suasana kesedihan dan sebagainya) akan berdampak buruk terhadap hasil belajar Anda. Yang mesti diperhatian adalah Anda harus menjaga suasana hati/emosi. Diharapkan emosi Anda tetap tenang dan stabil menjelang ujian. Sebelum ujian Anda mampu mengatasi hal-hal mungkin akan mengganggu konsentrasi belajar Anda. Agar pikiran Anda tidak terbagi dan tetap terpusat dalam menghadapi ujian, perbanyaklah melakukan ibadah, karena ibadah merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan ketenangan.
2. Persiapan Teknis
Persiapan teknis yaitu persiapan yang berkaitan dengan penyediaan perlengkapan yang akan digunakan dalam ujian nanti, misalnya pena, mistar penghapus, pensil, dan peraut pensil. Perlengkapan itu sebaiknya disiapkan H-1 sebelum ujian. Anda tidak akan lulus jika ternyata pensil 2B yang akan Anda pakai ternyata palsu, karena proses pemeriksaan hasil ujian menggunakan teknologi komputer. Sebelum ujian, yakinkan bahwa pensil 2B yang digunakan adalah benar-benar asli. Selain itu, sebelum ujian berlangsung harus mengecek lokasi ujian dan tempat duduk.
3. Persiapan Materi Uji
Persiapan materi uji merupakan persiapan yang sangat penting karena persiapan materi uji ini akan menentukan kelulusan. Persiapan materi uji hendaknya dilakukan sejak dini (jauh-jauh hari sebelum ujian). Menurut penelitian beberapa ahli, belajar borongan itu tidak baik dan hasilnya hanya membawa kesia-siaan. Jadi, disarankan H-1 sebelum ujian Anda tidak diperkenankan lagi memporsil diri untuk belajar. Istirahat yang cukup.
Perbanyak latihan menjawab soal dengan teman. Caranya: Ajaklah teman Anda untuk membentuk kelompok kecil sebagai kelompok belajar. Pesertanya tidak lebih dari 3 orang. Jika pesertanya terlalu banyak (lebih dari 3 orang), dikhawatirkan proses belajar menjadi tidak fokus pada materi yang akan dipelajari.
Kiat sukses menghadapi ujian nasional ini dimulai dari persiapan diri, persiapan teknis, persiapan materi ujian, dan pada saat ujian.
4. Persiapan Teknis
Persiapan teknis yaitu persiapan yang berkaitan dengan penyediaan perlengkapan yang akan digunakan dalam ujian nanti, misalnya pena, mistar penghapus, pensil, dan peraut pensil. Perlengkapan itu sebaiknya disiapkan H-1 sebelum ujian. Anda tidak akan lulus jika ternyata pensil 2B yang akan Anda pakai ternyata palsu, karena proses pemeriksaan hasil ujian menggunakan teknologi komputer. Sebelum ujian, yakinkan bahwa pensil 2B yang digunakan adalah benar-benar asli. Selain itu, sebelum ujian berlangsung Anda harus mengecek lokasi ujian dan tempat duduk.
5. Persiapan Materi Uji
Persiapan materi uji merupakan persiapan yang sangat penting karena persiapan materi uji ini akan menentukan kelulusan Anda. Persiapan materi uji hendaknya dilakukan sejak dini (jauh-jauh hari sebelum ujian). Menurut penelitian beberapa ahli, belajar borongan itu tidak baik dan hasilnya hanya membawa kesia-siaan. Jadi, disarankan H-1 sebelum ujian Anda tidak diperkenankan lagi memporsil diri untuk belajar.
6. Istirahat yang cukup.
Perbanyak latihan menjawab soal dengan teman. Caranya: Ajaklah teman Anda untuk membentuk kelompok kecil sebagai kelompok belajar. Pesertanya tidak lebih dari 3 orang. Jika pesertanya terlalu banyak (lebih dari 3 orang), dikhawatirkan proses belajar menjadi tidak fokus pada materi yang akan dipelajari.
Categories
BIDANG BELAJAR
Keterampilan dan teknik membaca buku yang baik
Bagi pelajar, membaca adalah kegiatan wajib yang harus dilakukan. karena dengan membaca, kita bisa mendapat pengetahuan. berdasarkan realita yang ada, siswa-siswi sekarang sebagian besar tidak ada minat untuk membaca buku-buku pelajaran. mereka lebih senang membaca novel, komik, dll sebagainya. disinalh peran konselor untuk dapat memberikan bantuan kepada peserta didik yang tidak memiliki niat untuk membaca buku.dalam tulisan kali ini, akan membahas tentang teknik dan keterampilan membaca buku.
Teknik-Teknik dalam Membaca Buku
Menurut Mortimer J. Adler, ada 4 teknik dalam membaca buku, yaitu:
a. Teknik Permulaan
Menurut Mortimer J. Adler, ada 4 teknik dalam membaca buku, yaitu:
a. Teknik Permulaan
Secara umum diterima bahwa kemampuan membaca seorang anak tumbuh melalui beberapa periode perkembangan membaca. Periode pertama, yang dikenal dengan “kesiapan membaca”, sejak dilahirkan sampai umur kira-kira enam sampai tujuh tahun. Kesiapan membaca mencakup kemampuan fisik untuk melihat dan mendengar, dan kemampuan mental untuk mengingat kata-kata dan huruf-hurufnya, serta menggunakan kalimat-kalimat sederhana.
Dalam periode kedua perkembangan membaca, anak-anak belajar membaca bahan-bahan yang sangat sederhana. Biasanya anak-anak pada periode ini mampu membaca 300 samapai 400 kata pada akhir tahun pertama. Lalu menjelang akhir periode ini, murid-murid diharapkan bisa membaca dan menikmati sendiri buku-buku sederhana tanpa bantuan guru atau orangtua.
Dalam periode ketiga, anak menunjukkan kemajuan yang pesat dalam meningkatkan perbendaharaan kata dan keterampilannya dalam menemukan arti kata-kata sulit menurut pemakaian kata-kata itu dalam bahan bacaannya. Di samping itu, anak-anak pada periode ini belajar membaca untuk tujuan-tujuan yang berbeda, dan tentang subyek-subyek yang berlainan seperti ilmu pengetahuan dan sejarah. Mereka mulai mengetahui bahwa membaca selain dilakukan di sekolah, merupakan sesuatu yang dapat dilakukan sendiri yang bertujuan untuk kesenangan.
Akhirnya dalam periode keempat, murid meningkatkan semua keterampilan yang telah dipelajari. Ia mengembangkan kemampuan untuk menghubung-hubungkan ide-ide dari satu bahan bacaan lain, dan belajar berbagai pendapat tentang subyek yang sama dari penulis-penulis yang berbeda. Mereka dapat membaca sendiri dan siap untuk belajar lebih banyak tentang membaca.
b. Teknik Inspeksional
Membaca tingkat kedua atau membaca inspeksional terdiri atas kegiatan yang berbeda, sekalipun keduanya merupakan bagian dari satu keterampilan saja. Pembaca yang berpengalaman, mempelajari kedua kegiatan tersebut secara bersamaan, namun untuk sementara ini kita akan membahasnya satu demi satu.
· Membaca Sekilas atau Pramembaca
Membaca sekilas adalah membaca secara sepintas dalam waktu yang terbatas. Pada awalnya seseorang tidak tahu apa yang dibacanya. Tujuan utama dalam tahapan ini adalah untuk mengetahui apakah buku tersebut perlu dibaca lagi lebih teliti atau tidak, tetapi membaca sekilas memberikan banyak informasi lain tentang buku tersebut.
Langkah-langkah teknik inspeksional bagian satu antara lain:
1. Lihatlah halaman-halaman awal buku itu, kalau asa bacalah kata pengantarnya;
2. Pelajari daftar isi buku;
3. Periksa daftar indeks buku;
4. Bacalah pesan dari penerbit;
5. Berdasarkan gambaran umum, dan belum jelas, tentang isi buku yang anda miliki itu, lihatlah bab-bab yang tampaknya paling penting bagi tema buku itu;
6. Akhirnya, baliklah halaman-halaman buku, berhenti berkali-kali, baca beberapa kalimat atau kadang-kadang beberapa halaman satu kali saja, tidak lebih dari itu.
· Membaca Pertama
Setiap orang tentu pernah mengalami kegagalan setelah mencoba menguasai sebuah buku yang sukar dengan harapan mula-mula meningkatkan pemahaman atas buku itu. Jika ini terjadi, adalah wajar bila seseorang menganggap bahwa usaha membaca buku itu adalah suatu kesalahan, namun ini bukan kesalahan. Kesalahnnya terletak pada harapan yang terlalu besar sejak membaca pertama kali sebuah buku sukar. Jika membacanya dengan cara yang benar, tak ada satu buku pun untuk pembaca umum bisa menjadi penyebab kekecewaan, betapa pun sukarnya.
Membaca yang benar itu, jika sedang membaca buku sukar yang baru pertama kali, bacalah seluruh buku tanpa harus terhenti untuk memikirkan hal-hal yang tidak dipahami. Bacalah bagian-bagian sulit sampai bacaan yang tidak mengerti dapat dimengerti dengan baik.
C . Teknik Sintopikal
Membaca sintopikal adalah membaca perbandingan, yaitu membandingkan buku yang satu dengan buku yang lain. Membaca sintopikal adalah membaca yang paling aktif dari semua tingkat membaca.
Ada lima tahap dalam membaca buku teknik sintopikal, yaitu:
1) Temukan bagian-bagian buku-buku yang penting untuk keperluan
2) Temukan istilah-istilah apa yang akan digunakan
3) Sediakan proposisi (dalil-dalil) untuk permasalahan anda
4) Jelaskan masalah-masalahnya.
Dari pakar Hipnoterapi yaitu Tom Martin Charles Ifle dalam bukunya Big Brain Big Money mengatakan teknik membaca yang merupakan teknik self hypnotheraphy adalah sebagai berikut:
1. Setelah memilih buku apa yang akan dibaca, bayangkan garis besar apa yang akan dijelaskan dalam buku tersebut.
2. Jangan lupa siapkan alat tulis. Ini bisa membantu untuk mengingat informasi lebih lama
3. Tuliskan apa yang pembaca inginkan dari buku itu. Apakah ingin menyelesaikan masalah pembaca. Jika ya, tulislah keinginan untuk membantu memahami pesan dari buku yang dipilih. Misal, “saya ingin meningkatkan kualitas pikiran”. Hal ini akan membantu otak pembaca akan fokus dan mulai merekam pesan dari buku tersebut.
4. Sebelum membaca, coba pejamkan mata. Lalu katakan dalam hati bahwa akan membaca buku tersebut dalam lima menit, dan yakinkan diri bahwa buku tersebut dapat meningkatkan kualitas berpikir. Ini berarti pembaca pembaca disuruh mengajak diri pembaca sendiri untuk mengajak mencapai tujuan yang diinginkan dan sudah ditulis sebelumnya.
5. Dengan otot mata yang rileks, mulailah membaca dan pastikan posisi duduk tegak saat membaca dan berusahalah menikmati kegiatan ini.
6. Setelah lima menit pertama, berhenti membaca. Coba tuliskan garis besar buku itu. Dengan cara ini melatih pembaca untuk berimajinasi secara dramatis.
7. Tinggalkan catatan kecil tersebut dan kembalilah membaca. Di sela membaca, catatlah ide penting yang ditemukan dan beri garis bawah pada setiaap ide yang dianggap penting. Jika tidak ingin buku tersebut kotor maka sering-seringlah mencatat ide penting tersebut. Atau dapat juga halaman buku tersebut diberi tanda khusus;
8. Ketika selesai membaca, tutup buku dan pejamkan mata kemudian tarik nafas dalam-dalam sebanyak tiga kali. Pikiran yang rileks akan memusatkan fokus perhatian pada pengalaman membaca pembaca dan melatih otak merekam informasi dengan bantuan catatan kecil yang pembaca buat sendiri di setiap tahapan membaca.
Itulah beberapa kiat dalam membaca.. semoga bermanfaat dalam pelayanan bimbingan dan konseling di bidang belajar siswa.
Dalam periode kedua perkembangan membaca, anak-anak belajar membaca bahan-bahan yang sangat sederhana. Biasanya anak-anak pada periode ini mampu membaca 300 samapai 400 kata pada akhir tahun pertama. Lalu menjelang akhir periode ini, murid-murid diharapkan bisa membaca dan menikmati sendiri buku-buku sederhana tanpa bantuan guru atau orangtua.
Dalam periode ketiga, anak menunjukkan kemajuan yang pesat dalam meningkatkan perbendaharaan kata dan keterampilannya dalam menemukan arti kata-kata sulit menurut pemakaian kata-kata itu dalam bahan bacaannya. Di samping itu, anak-anak pada periode ini belajar membaca untuk tujuan-tujuan yang berbeda, dan tentang subyek-subyek yang berlainan seperti ilmu pengetahuan dan sejarah. Mereka mulai mengetahui bahwa membaca selain dilakukan di sekolah, merupakan sesuatu yang dapat dilakukan sendiri yang bertujuan untuk kesenangan.
Akhirnya dalam periode keempat, murid meningkatkan semua keterampilan yang telah dipelajari. Ia mengembangkan kemampuan untuk menghubung-hubungkan ide-ide dari satu bahan bacaan lain, dan belajar berbagai pendapat tentang subyek yang sama dari penulis-penulis yang berbeda. Mereka dapat membaca sendiri dan siap untuk belajar lebih banyak tentang membaca.
b. Teknik Inspeksional
Membaca tingkat kedua atau membaca inspeksional terdiri atas kegiatan yang berbeda, sekalipun keduanya merupakan bagian dari satu keterampilan saja. Pembaca yang berpengalaman, mempelajari kedua kegiatan tersebut secara bersamaan, namun untuk sementara ini kita akan membahasnya satu demi satu.
· Membaca Sekilas atau Pramembaca
Membaca sekilas adalah membaca secara sepintas dalam waktu yang terbatas. Pada awalnya seseorang tidak tahu apa yang dibacanya. Tujuan utama dalam tahapan ini adalah untuk mengetahui apakah buku tersebut perlu dibaca lagi lebih teliti atau tidak, tetapi membaca sekilas memberikan banyak informasi lain tentang buku tersebut.
Langkah-langkah teknik inspeksional bagian satu antara lain:
1. Lihatlah halaman-halaman awal buku itu, kalau asa bacalah kata pengantarnya;
2. Pelajari daftar isi buku;
3. Periksa daftar indeks buku;
4. Bacalah pesan dari penerbit;
5. Berdasarkan gambaran umum, dan belum jelas, tentang isi buku yang anda miliki itu, lihatlah bab-bab yang tampaknya paling penting bagi tema buku itu;
6. Akhirnya, baliklah halaman-halaman buku, berhenti berkali-kali, baca beberapa kalimat atau kadang-kadang beberapa halaman satu kali saja, tidak lebih dari itu.
· Membaca Pertama
Setiap orang tentu pernah mengalami kegagalan setelah mencoba menguasai sebuah buku yang sukar dengan harapan mula-mula meningkatkan pemahaman atas buku itu. Jika ini terjadi, adalah wajar bila seseorang menganggap bahwa usaha membaca buku itu adalah suatu kesalahan, namun ini bukan kesalahan. Kesalahnnya terletak pada harapan yang terlalu besar sejak membaca pertama kali sebuah buku sukar. Jika membacanya dengan cara yang benar, tak ada satu buku pun untuk pembaca umum bisa menjadi penyebab kekecewaan, betapa pun sukarnya.
Membaca yang benar itu, jika sedang membaca buku sukar yang baru pertama kali, bacalah seluruh buku tanpa harus terhenti untuk memikirkan hal-hal yang tidak dipahami. Bacalah bagian-bagian sulit sampai bacaan yang tidak mengerti dapat dimengerti dengan baik.
C . Teknik Sintopikal
Membaca sintopikal adalah membaca perbandingan, yaitu membandingkan buku yang satu dengan buku yang lain. Membaca sintopikal adalah membaca yang paling aktif dari semua tingkat membaca.
Ada lima tahap dalam membaca buku teknik sintopikal, yaitu:
1) Temukan bagian-bagian buku-buku yang penting untuk keperluan
2) Temukan istilah-istilah apa yang akan digunakan
3) Sediakan proposisi (dalil-dalil) untuk permasalahan anda
4) Jelaskan masalah-masalahnya.
Dari pakar Hipnoterapi yaitu Tom Martin Charles Ifle dalam bukunya Big Brain Big Money mengatakan teknik membaca yang merupakan teknik self hypnotheraphy adalah sebagai berikut:
1. Setelah memilih buku apa yang akan dibaca, bayangkan garis besar apa yang akan dijelaskan dalam buku tersebut.
2. Jangan lupa siapkan alat tulis. Ini bisa membantu untuk mengingat informasi lebih lama
3. Tuliskan apa yang pembaca inginkan dari buku itu. Apakah ingin menyelesaikan masalah pembaca. Jika ya, tulislah keinginan untuk membantu memahami pesan dari buku yang dipilih. Misal, “saya ingin meningkatkan kualitas pikiran”. Hal ini akan membantu otak pembaca akan fokus dan mulai merekam pesan dari buku tersebut.
4. Sebelum membaca, coba pejamkan mata. Lalu katakan dalam hati bahwa akan membaca buku tersebut dalam lima menit, dan yakinkan diri bahwa buku tersebut dapat meningkatkan kualitas berpikir. Ini berarti pembaca pembaca disuruh mengajak diri pembaca sendiri untuk mengajak mencapai tujuan yang diinginkan dan sudah ditulis sebelumnya.
5. Dengan otot mata yang rileks, mulailah membaca dan pastikan posisi duduk tegak saat membaca dan berusahalah menikmati kegiatan ini.
6. Setelah lima menit pertama, berhenti membaca. Coba tuliskan garis besar buku itu. Dengan cara ini melatih pembaca untuk berimajinasi secara dramatis.
7. Tinggalkan catatan kecil tersebut dan kembalilah membaca. Di sela membaca, catatlah ide penting yang ditemukan dan beri garis bawah pada setiaap ide yang dianggap penting. Jika tidak ingin buku tersebut kotor maka sering-seringlah mencatat ide penting tersebut. Atau dapat juga halaman buku tersebut diberi tanda khusus;
8. Ketika selesai membaca, tutup buku dan pejamkan mata kemudian tarik nafas dalam-dalam sebanyak tiga kali. Pikiran yang rileks akan memusatkan fokus perhatian pada pengalaman membaca pembaca dan melatih otak merekam informasi dengan bantuan catatan kecil yang pembaca buat sendiri di setiap tahapan membaca.
Itulah beberapa kiat dalam membaca.. semoga bermanfaat dalam pelayanan bimbingan dan konseling di bidang belajar siswa.
Categories
BIDANG BELAJAR
Minggu, 06 Januari 2013
Bimbingan kelompok
Ada banyak kelompok yang dibentuk berdasarkan kesamaan
minat, profesi, marga/klan, kampung asal, domisili, hobby, agama, alumni
sekolah tertentu, dan sebagainya. Dan semua ini rupanya seperti mengingatkan
kepada saya, bahwa sesungguhnya manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia
adalah makhluk sosial. Dalam hidup dan kehidupannya, manusia selalu akan
berhubungan dengan kelompok apa pun, manusia selalu akan menjadi bagian dari
kelompok apapun. Dan dalam banyak hal, kelompok dimana kita hidup, tumbuh dan
berkembang mempunyai andil besar dalam membentuk nun jauh dibawah sadar kita,
sebuah gugusan nilai dasar, yang juga sering dikenal dengan “believe system”.
Ada banyak batasan yang diberikan para ahli tentang
kelompok. Namun dalam buku ini saya menyajikan batasan kelompok dalam
perspektif psikologi. Dalam buku Psikologi Sosial 2 tulisan Robert A. Baron dan
Donn Byrne, kelompok dalam pandangan psikolog-psikolog sosial adalah sekumpulan
orang yang dipersepsikan terikat satu sama lain dalam sebuah unit yang koheren
pada derajat tertentu. Menurut Lickel dkk (2000) dalam Baron dan Byrne (2003),
pada derajat koherensi 1 – 9, kelompok-kelompok dengan anggota yang memiliki
hubungan yang intim, memiliki minat yang sama pada suatu hal, berkumpul dalam
sebuah periode waktu tertentu secara sengaja, akan memiliki derajat koherensi
yang tinggi. Dalam konteks ini, kelompok yang terbentuk pada sebuah pelatihan
tentunya memiliki derajat koherensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kelompok yang terdiri dari orang-orang yang secara kebetulan hadir pada tempat
dan waktu yang sama, misalnya para penonton sepak bola. Mungkin saja, beberapa
diantara mereka memiliki hubungan yang akrab tetapi secara keseluruhan mereka
bukanlah kelompok yang koheren dan memiliki ikatan interaksi yang intensif.
Ciri Kelompok
Menurut Sherif (dalam Gerungan, 2004), terdapat 4 ciri utama
sebuah kelompok sosial, untuk membedakannya dari berbagai bentuk interaksi
sosial lainnya, yaitu :
1. Motif yang sama
antara anggota kelompok;
2. Reaksi-reaksi
dan kecakapan yang berlainan antara anggota kelompok;
3. Penegasan
struktur kelompok;
4. Penegasan
norma-norma kelompok.
Dalam konteks sebuah pelatihan, 4 ciri tersebut diatas saya
uraikan sebagai berikut :
1. Motif yang sama
antara anggota kelompok;
Para peserta sebuah pelatihan, baik sebagai sebuah kelompok
besar secara keseluruhan maupun sebagai kelompok kecil ketika mereka telah
dibagi dalam beberapa kelompok kecil, sudah pasti memiliki sebuah motif yang
sama dimana mereka harus bekerja sama untuk menyelesaikan berbagai tugas dalam
setiap simulasi maupun permainan.
2. Reaksi-reaksi
dan kecakapan yang berlainan antara anggota kelompok;
Dalam sebuah kelompok peserta pelatihan, ketika kelompok ini
dihadapkan pada berbagai aktifitas bersama untuk pencapain tujuan bersama yang
telah ditetapkan, akan bermunculan reaksi-reaksi yang berbeda dari setiap
individu dalam kelompok tersebut. Berdasarkan pengalaman saya, reaksi yang
berbeda dari setiap individu biasanya terjadi karena adanya perbedaan dalam
believe system setiap individu tersebut. Tentang believe system, akan saya
uraikan pada bagian selanjutnya tentang hypnosis. Disamping reaksi – reaksi
yang berbeda, juga muncul kecakapan yang berbeda dari setiap individu anggota kelompok
dalam menyikapi berbagai aktifitas atau permainan yang mereka ikuti. Perbedaan
ini dapat mendorong distribusi tugas sesuai kecakapan masing-masing tersebut.
3. Penegasan
struktur kelompok;
Penegasan struktur kelompok dalam hal ini lebih pada penegasan
peran masing-masing anggota kelompok dalam setiap aktifitas bersama. Peran
masing-masing anggota kelompok, idealnya tidak jauh dari latar belakang believe
system dan kecakapan masing-masing anggota kelompok tersebut. Dari pengalaman,
biasanya dalam sebuah pelatihan, ada yang berperan sebagai ketua/bos, pekerja,
penyemangat, pemikir, bahkan ada juga yang berperan sebagai juru bicara.
4. Penegasan
norma-norma kelompok.
Masih menurut Sherif, norma kelompok dalam konteks ini
berkaitan dengan cara-cara tingkah laku yang diharapkan dari semua anggota
kelompok. Dalam konteks peserta pelatihan, hemat saya norma disini termasuk
didalamnya bagaimana partisipasi aktif dari semua anggota kelompok ketika
kelompok dihadapkan pada sebuah tugas atau aktifitas.
Tentang Dinamika Kelompok
Dinamika kelompok adalah cermin pasang surutnya sebuah
kelompok. Untuk kelompok peserta sebuah pelatihan, dinamikanya dimulai ketika
mereka mulai berdatangan saat registrasi, acara pembukaan, penyajian materi
sampai pada acara penutupan bahkan pada pasca pelatihan, dapat diamati dinamika
sebuah kelompok dari jaringan kontak yang terbangun diantara sesama peserta.
Proses dinamika kelompok dimulai dari tahap “forming” dimana individu sebagai
pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang pendidikan, ruang
lingkup kerja dan jenis kerja yang berbeda. Mereka belum berkenalan, muncul
ketidakpastian, perasan cemas, tetapi ada juga sebagian yang antusias, mereka
mulai bersosialisasi dan melakukan pengujian atas perilaku mereka dan kelompok.
Mereka mengemukakan isu pokok, tentang “siapa kami”, “siapa orang-orang dalam
kelompok ini” dan “apa tugas kami”. Setelah mereka masuk dalam kelompok dan
mulai berdiskusi terjadilah “storming”. Konflik mulai bermunculan, mulai ada
yang frustrasi, sebagian menolak kelompok, ada persaingan antara anggota
kelompok. Muncul isu-isu pokok “apa harapan saya terhadap orang lain dalam
kelompok ini, apa yang mereka harapkan dari saya” dan “apa manfaat kelompok ini
bagi saya”.
Setelah itu maka kelompok akan berdinamika dalam proses
“norming” dalam rangka pencarian bentuk serta kerangka acuan bersama. Saat ini
dalam kelompok mulai terjadi harmonisasi, ada upaya untuk mengidentifikasi
kelompok, mulai ada yang bernegosiasi, kerjasama mulai terbina diantara mereka,
dan jika ada konflik, konflik tersebut mulai teratasi. Isu pokok yang mengemuka
pada tahap ini adalah “bagaimana kita dapat bekerja sama dengan baik” dan
“bagaimana kita dapat mencapai tujuan kelompok kita”. Jadi ada semacam
kesadaran kolektif untuk bekerjasama mencapai tujuan bersama. Kemudian pada
tahap akhir, bermodalkan norma atau kerangka acuan bersama inilah, kelompok
melakukan sebuah kegiatan “performing”. Pada tahap ini, kelompok telah membuat
peta kekuatan dan kelemahan, kelebihan dan kekurangan, kerjasama dan sinergi
telah terjalin sehingga kelompok menjadi lebih produktif. Isu pokoknya telah bergeser pada tatanan yang
lebih tinggi, “bagaimana kita dapat mengukur keberhasilan kita”.
Setelah kelompok mulai melakukan “performing”, supaya
hubungan emosional antara anggota kelompok tetap terpelihara, hemat kami
tawakan Jalaluddin Rahmat (1996) tentang beberapa peran dibawah ini kiranya
dapat menjadi acuan :
1. Encourager
(penggalak), memuji, menyetujui, dan menerima kontribusi anggota. Ia menunjukkan
kehangatan dan kesetiakawanan dalam sikapnya terhadap anggota kelompok yang
lain, memberikan penghargaan dan pujian dan dalam berbagai hal menunjukkan
pengertian dan penerimaan terhadap pandangan, gagasan, dan saran orang lain.
2. Harmonizer
(wasit), melerai pertikaian diantara anggpta-anggota yang lain, berusaha
mendamaikan perbedaan, mengurangi ketegangan pada situasi konflik – melalui
lelucon atau kata-kata yang menentramkan.
3. Compromiser
(kompromis), bekerja dari dalam konflik yang melibatkan gagasan atau posisi. Ia
mungkin menawarkan kompromi dengan merendah, mengakui kekeliruan,
mendisiplinkan diri untuk mempertahankan harmoni kelompok, atau memilih sikap
tengah-tengah dalam menghadapi kelompok.
4. Gatekeeper and
expediter (penjaga gawang), berusaha membuka saluran komunikasi dengan
mendorong pertisipasi yang lain (“Kita belum mendengar pendapat tuan X”) atau
dengan mengusulkan aturan arus komunikasi (“Sebaiknya kita membatasi lamanya
pembicaraan, sehingga setiap orang punya kesempatan untuk memberikan
kontribusinya”).
5. Standard setter
or ego ideal (pembuat aturan), menetapkan kriteria kelompok dalam menjalankan
fungsinya atau menggunakan kriteria dalam menilai kualitas kelompok.
6. Group observer
and commentator (pengamat kelompok), menyimpan catatan berbagai aspek proses
kelompok dan memberikan data tersebut berikut penafsirannya untuk dipakai oleh
kelompok dalam menilai prosedurnya.
7. Follower
(pengikut), mengikuti gerakan kelompok, secara pasif menerima gagasan yang lain,
berfungsi sebagai pendengar dalam diskusi dan pengambilan keputusan.
Sementara itu bagaimana kita menilai dinamika sebuah
kelompok, Sri Ratna (1993) telah menguraikan
aspek-aspek yang dinilai dalam sebuah dinamika kelompok, yaitu :
1. Pengenalan
terhadap diri sendiri dan orang lain;
2. Keterbukaan,
mau mendengarkan orang lain, terbuka terhadap pendapat dan saran orang lain;
3. Disiplin dan
memiliki rasa tanggung jawab yang besar;
4. Secara sukarela
bersedia berpartisipasi dalam kegiatan dinamika kelompok;
5. Lancar
berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya;
6. Mampu
bekerjasama dengan orang lain dan mampu bekerja sama dalam tim;
7. Mau dan
bersedia menghargai pikiran dan pendapat orang lain;
8. Mampu
mengendalikan diri;
9. Mampu serta
bersedia untuk menerima umpan balik (feed back) dari kolega, atasan maupun
bawahan.
Aspek-aspek tersebut diatas dapat saya uraikan lebih lanjut
menyesuaikan dengan konteks pelatihan dinamika kelompok ataupun outbound dan
sejenisnya, dengan penjelasan sebagai berikut : “Pengenalan terhadap diri
sendiri dapat dilakukan misalnya lewat permainan “Siapakah Saya” dimana peserta
disuruh membuat, melukiskan atau menceritakan segala hal tentang dirinya.
Simulasi ini juga sekaligus dapat dipakai untuk ajang perkenalan. Atau bisa
juga dengan mencermati potensi diri, khususnya berkaitan dengan hubungan antara
konsep diri dan membuka diri, melalui Joharry Window (tentang ini anda bisa
baca secara detail pada buku Psikologi Komunikasi tulisan Jalaluddin Rahmat).
Setelah itu peserta berkenalan satu sama lain sehingga pada akhirnya semua
peserta dapat saling mengenal. Setelah mengenal diri sendiri dan orang lain,
setiap peserta harus membuka diri dan menerima saran atau pendapat orang lain
dalam kelompoknya, tentunya terutama berkaitan dengan pelaksanaan aktifitas
atau simulasi tertentu. Pada saat melaksanakan “performance” inilah pembagian
tugas mulai dilakukan. Sejauh mana setiap orang dapat mengerjakan bagian dari
tugas kelompok yang dibebankan kepadanya tepat pada waktunya dan dengan hasil
yang optimal, maka disiplin dan tanggung jawabnya akan teruji pada tahap ini.
Disiplin dan tanggung jawab ini tentunya harus terlahir dari
kerelaan pribadi yang bersangkutan, bukan karena paksaan, tetapi lantaran dia
telah masuk dalam kelompok dan bersedia dengan ikhlas hati mengerjakan tugas
kelompok. Dalam konteks ini juga diperlukan komunikasi dan kerjasama, serta
kesediaan menghargai pendapat orang lain. Ketika ada anggota kelompok yang
‘bermasalah’, misalnya tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik atau terlalu
memaksakan kehendaknya kepada yang lain, maka respon terhadap kondisi ini juga
hendaknya tidak emosional, tetapi tetap dalam nuansa pengendalian diri”
Dengan demikian, dapat saya katakan bahwa dinamika kelompok
yang dimaksudkan oleh tulisan ini adalah serangkaian aktifitas atau permainan
dalam kelompok sebuah pelatihan dengan metode belajar dari pengalaman atau
experience learning, apapun tema pelatihan tersebut. Dinamika kelompok dalam
hal ini memainkan sebuah peran sebagai salah satu mesin pembangkit semangat dan
gairah kelompok. Sebab sebagaimana diketahui bahwa teori psikologi sekarang
jelas telah menunjukkan bahwa kelompok dengan semangat tim yang tinggi akan
bekerja lebih baik daripada kelompok yang hanya memiliki sedikit semangat tim.
Dibawah ini saya sajikan 11 sifat kelompok yang berfungsi
baik dan kreatif, yang dirangkum Douglas McGregor dari pengamatannya atas
manajemen perusahaan-perusahaan besar, sebagaimana diungkap Sheila Rosenberg
dalam buku Memimpin Manusia suntingan A. Dale Timpe :
1. Suasananya
cenderung informal, menyenangkan, santai.
2. Terjadi banyak
diskusi dimana setiap orang berperan serta, tetapi berhubungan dengan tugas
kelompok.
3. Tugas atau
sasaran kelompok dipahami dan diterima dengan baik oleh para anggota. Ada
diskusi bebas mengenai sasaran-sasaran pada satu titik hingga sasaran tersebut
dapat dirumuskan dalam suatu cara hingga semua anggota kelompok terikat untuk
mencapainya.
4. Anggota saling
mendengarkan satu sama lain. Setiap gagasan dibahas. Orang tampaknya tidak
takut karena merasa bodoh mengajukan sebuah gagasan yang kreatif, meskipun
kelihatannya ekstrim.
5. Ada
ketidaksepakatan. Ketidaksepakatan tidak ditekan atau dilanggar oleh tindakan
kelompok yang prematur. Alasan-alasannya diamati dengan seksama, dan kelompok
berusaha untuk memecahkannya bukan mendominasinya.
6. Sebagian besar
keputusan dicapai melalui sejenis konsensus dimana semua orang jelas sepakat
dan bersedia mengikutinya. Voting secara resmi jarang sekali dilakukan.
Kelompok tidak menerima mayoritas sebagai dasar tindakan yang tepat.
7. Kritik sering
diajukan, terus terang, dan relatif menyenangkan. Hanya ada sedikit bukti
serangan kepada pribadi, baik terbuka atau tersembunyi.
8. Orang-orang
bebas mengungkapkan perasaan serta gagasan mereka baik atas masalah atau atas
kegiatan kelompok.
9. Jika dilakukan
tindakan, penugasan yang jelas dibuat dan diterima.
10. Pemimpin kelompok
tidak mendominasinya, atau sebaliknya, kelompok tidak bertentangan dengannya.
Sebenarnya, kepemimpinan berubah-ubah dari waktu ke waktu, tergantung kepada
keadaan. Hanya ada sedikit bukti adanya perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan
ketika kelompok bekerja. Masalahnya bukan siapa yang mengendalikan, tetapi
bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan.
11. Kelompok sadar
dengan kegiatannya sendiri.
Kelompok yang sehat dan dinamis dalam perspektif saya,
sejatinya senantiasa berdinamika. Dan karena itulah binar pesona sebuah
kelompok dan daya tarik dinamika kelompok, mampu melahirkan pribadi-pribadi
yang dinamis dan penuh pesona. Semoga catatan kecil ini bisa memberi ‘insight’
bagi siapa saja penggerak kelompok dan penggiat dinamika kelompok. (Yoseph
Tien).
Categories
Bimbingan kelompok
Langganan:
Postingan (Atom)