Proses penyesuaian diri, menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri sendiri. Jika individu berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal itu disebut ”well adjusted” atau penyesuaian dengan baik. Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut disebut “maladjusted” atau salah suai.
a. Penyesuaian normal
Schneiders menjelaskan cirri-ciri orang yang well adjusted atau penyesuaian dengan baik adalah orang yang mampu merespon (kebutuhan dan masalah) secara matang, efisien, puas dan sehat. Yang dimaksud dengan efisien adalah hasil yang dicapai tidak banyak membuang enerji, waktu dan kekeliruan.
b. Penyesuaian menyimpang
Penyesuaian diri yang menyimpang atau tidak normal merupakan proses pemenuhan kebutuhan dengan cara – cara yang tidak wajar atau bertentangan dengan norma yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Penyesuaian menyimpang ini bisa dikatakan ssebagai tingkah laku abnormal, terutama terkait dengan criteria sosiopsikologis dan agama.
Penyesuaian yang menyimpang ditandai dengan respon – respon berikut:
· Reaksi bertahan
Organisme atau individu dikepung oleh tuntutan-tuntutan dari dalam diri sendiri dan dari luar yang terkadang mengancam rasa aman egonya. Untuk melindungi rasa aman egonya, individu mereaksi dengan mekanisme pertahanan diri. Mekanisme pertahanan diri ini muncul dilatarbelakangi oleh dasar-dasar psikologis, seperti inferiority (perasaan rendah diri), inadequacy (perasaan tidak mampu), failure (perasaan gagal), dan guilt (perasaan bersalah).
Mekanisme pertahan diri memiliki beberapa bentuk, yaitu sebagai berikut:
o Kompensasi, usaha – usaha psikis yang tidak disadari untuk menutupi kelemahan diridengan cara mengembangkan respon-respon yang dapat mengurangi ketegangan dan frustasi sehingga dapat meningkatkan penyesuaian individu.
o Sublimasi, pengerahan enerji-enerji drive atau motif secara tidak sadar kedalam kegiatan-kegiatan yang dapat diterima secara social maupun moral.
o Rasionalisasi, upaya mereka-reka alasan untuk menutupi suasana emosionalyang tidak nyaman, tidak dapat diterima atau merusak kebutuhan pribadi (ego) atau status.
o Sour grape (anggur masam), mekanisme pertahanan diri sama dengan rasionalisasi, yaitu sikap menipu diri sendiri.
o Egosentrisme dan superioritas, merupakan sikap-sikap yang dipandang efektif untuk melindungi dampak-dampak buruk dari perasaan inferioritas dan perasaan gagal dalam mencapai sesuatu yang disenangi
o Introjeksi dan identifikasi, mekanisme pertahanan diri yang sama-sama berusaha memelihara atau melindungi ego dari kelemahannya.
o Proyeksi dan sikap sikap mencela (blaming), mekanisme pertahanan diri dimana individu melepas dirinya sendiri dari kualitas atau keadaan yang tidaak diinginkan dengan cara mengkambinghitamkan orang lain atau sesuatu sebagai penyebabnya.
o Represi, merupakan proses penekanan pengalaman, dorongan, keinginan, atau pikiran yang bertentangan dengan prinsip-prinsip moral dan social kealam tak sadar, karena hal itu mengancam keamanan egonya.
· Reaksi menyerang
Reaksi menyerang atau agresi dapat diartikan sebagai sebuah bentuk respon untuk mereduksi ketegangan, dan frustasi melalui media tingkah laku yang merusak, berkuasa, atau mendominasi.
Agresi ini terefleksi dalam tingkah laku verbal dan nonverbal. Contoh yang verbal: berkata kasar, bertengkar, panggilan nama yang jelek, jawaban yang kasar, perkataan yang menyakitkan hati dan kritikkan tajam. Contoh yang nonverbal yaitu menolak atau melanggar aturan, memberontak, berkelahi, mendominasi orang lain dan membunuh.
· Reaksi melarikan diri dari kenyataan
Reaksi “escape” dan “withdrawal” merupakan perlawanan pertahanan diri individu terhadap tuntutan, desakan, atau ancaman dari lingkungan dimana ia hidup.
Escape merefleksikan perasaan jenuh, atau putus asa. Sementara withdrawal mengindifikasikan kecemasan, atau ketakutan. Bentuk-bentuk reaksi escape dan withdrawal ini diantaranya: berfantasi, melamun, banyak tidur, meminum minuman keras, bunuh diri, menjadi pecandu ganja, narkotika, shabu-shabu atau ekstasi dan tegresi.
· Reaksi penyesuaian yang patologis
Penyesuaian yang patologis ini berarti bahwa individu yang mengalaminya perlu mendapat perawatan khusus, dan bersifat klinis, bahkan perlu perawatan di rumah sakit. Penyesuaian yang patologis adalah neurosis dan psikosis.
Jika individu gagal dalam penyesuaian diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi salah suai. Gejala-gejala salah suai ini akan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau kelainan tingkah laku.
0 komentar:
Posting Komentar